Selasa, 02 Juli 2013

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN PERAWATAN TALI PUSAT TERHADAP BAYI NY. F DI BPS NURHASANAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000 kematian bayi, di Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkan karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti,2003)

Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) seluruh dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sekitar 4.000.000 jiwa/tahun, kematian bayi di negara berkembang sekitar 99% dan 40.000 jiwa adalah bayi di negara indonesia.(http//.poltekes-pontianak.ac.id.)

1
 
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu, program-program kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup.salah satu upaya promotif dan preventif yang mulai gencar dilakukan adalah Kelas ibu hamil dan Kelas ibu balita. Sedangkan penyebab kematian neonatal karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% , upaya menurunkan AKI dan AKB beberapa upaya telah dilakukan. (Depkes, 2010).

Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal, 110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita sebanyak 64 kasus.  Tingginya kasus kematian Ibu dan anak di Provinsi Lampung memperlihatkan betapa rawannya derajat kesehatan Ibu dan anak. Karena kematian Ibu, bayi dan Balita merupakan salah satu parameter derajat kesehatan suatu Negara (Profil Dinkes 2012). Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan anak umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah. Adat budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan anak (Profil Dinkes 2012).

Angka Kematian bayi (AKB) Bandar Lampung masih relative sangat tinggi seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, terjadi 159 kasus kematian bayi pada tahun 2012. kasus kematian bayi terbesar adalah di Kota Bandar Lampung terdapat 38 bayi meninggal.Jumlah penduduk yang besar memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. tetapi seharusnya dengan jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi, akses yang mudah dan sarana prasarana yang cukup  kasus kematian bayi di kota Bandar Lampung ini tidak terjadi. Jika dilihat dari penyebab kematian bayi, masih disebabkan oleh penyakit penyakit infeksi yaitu Diare dan ISPA. Peran Tenaga kesehatan dalam meningkatkan KIE pada masyarakat seharusnya dapat ditingkatkan untuk mencegah tingginya angka kematian karena penyakit infeksi, seperti infeksi tetanus neonatorum, selain itu kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan penanganan infeksi serta kepatuhan petugas dalam memberikan pelayanan sesuai standar ikut berkontribusi dalam kasus kematian karena penyakit infeksi ini.(Profil Dinkes Prov.Lampung ,2012)

Tetanus Neonatorum dan infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara terus-menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat infeksi bakteri.Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya dapat dengan mudah di hindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin;2010)

Perawatan tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950-1960 ketika angka infeksi pada proses kebidanan sedang sangat tinggi. Namun di sejumlah Negara berkembang masih sering dijumpai kasus  infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, perdarahan pada tali pusat juga dapat berakibat fatal akan tetapi perdarahan dapat dicegah dengan melakukan penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi.
(Sodikin,2010)

Angka Kematian bayi (AKB) Bandar Lampung masih relative sangat tinggi seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, terjadi 159 kasus kematian bayi pada tahun 2012. kasus kematian bayi terbesar adalah di Kota Bandar Lampung terdapat 38 bayi meninggal.Jumlah penduduk yang besar memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. tetapi seharusnya dengan jumlah tenaga kesehatan yang mencukupi, akses yang mudah dan sarana prasarana yang cukup  kasus kematian bayi di kota Bandar Lampung ini tidak terjadi. 

Jika dilihat dari penyebab kematian bayi, masih disebabkan oleh penyakit penyakit infeksi yaitu Diare dan ISPA. Peran Tenaga kesehatan dalam meningkatkan KIE pada masyarakat seharusnya dapat ditingkatkan untuk mencegah tingginya angka kematian karena penyakit infeksi, seperti infeksi tetanus neonatorum, selain itu kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan penanganan infeksi serta kepatuhan petugas dalam memberikan pelayanan sesuai standar ikut berkontribusi dalam kasus kematian karena penyakit infeksi ini.(Profil Dinkes Prov.Lampung ,2012)

Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan di BPS Nurhasanah Bandar Lampung. Pada bulan April 2013 terdapat 24 Ibu Bersalin, dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 Mei 2013 di BPS Nurhasanah, terdapat 5 ibu post partum hasil wawancara menunjukan ibu mengatakan cara perawatan tali pusat dirumah masih mengikuti nasehat orang tua untuk melakukan perawatan tali pusat secara tradisional , dengan ada yang mengatakan membubuhi seperti bedak dan kunyit, hal tersebut merupakan perawatan tali pusat yang salah dan merupakan faktor yang menjadi penyebab tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian bayi baru lahir. Berdasarkan hal diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ” Asuhan Kebidanan terhadap Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Penatalaksanaan  Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Ny. F Di BPS Nurhasanah, Amd,Keb. Gudang lelang Bandar Lampung ?

C.      Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Mengetahui Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Penatalaksanaan Perawatan Tali pusat pada By Ny.F di  BPS Nurhasanah Amd.Keb. Bandar lampung Tahun 2013
2.    Tujuan Khusus
a.       Diharapkan penulis dapat melaksanakan pengkajian kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung tahun 2013.
b.      Diharapkan penulis dapat mengidentifikasi data untuk melakukan diagnosa masalah serta kebutuhan pada Bayi Ny. F dengan perawatan tali pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
c.       Diharapkan penulis dapat menegakkan diagnosa dan masalah potensial terhadap Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
d.      Diharapkan penulis dapat melaksanakan tindakan segera/kolaborasi Asuhan Kebidanan yang menyeluruh terhadap Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
e.       Diharapkan penulis dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
f.       Diharapkan penulis dapat melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
g.      Diharapkan penulis dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
D.      Ruang lingkup
1.    Sasaran
Objek pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah satu bayi yaitu bayi Ny. F baru lahir dengan kebutuhan perawatan tali pusat
2.    Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis melakukan penelitian di BPS Nurhasanah Amd,Keb Gudang lelang Teluk Betung Bandar Lampung
3.    Waktu
Study kasus ini dilaksanakan dari tanggal  18 Mei-22 Mei  2013

E.       Manfaat penelitian
Dengan adanya karya tulis ini diharapkan dapat memberikan suatu manfaat yang berarti kepada :
1.    Bagi Institusi pendidikan
Dapat di jadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa dan pendidikan dalam melaksanakan program pendidikan sebagai panduan dan contoh untuk melakukan peneletian.
2.    Bagi Lahan Praktek
Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi dalam memberikan penyuluhan dan informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang perawatan tali pusat yang baik dan benar.


3.    Bagi Masyarakat/Orang tua Bayi
Setelah diberikan asuhan komprehensif selama perawatan tali pusat pada bayi diharapkan dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi dan bagi orang tua dapat memberikan pengetahuan tentang cara perawatan tali pusat yang baik dan benar.
4.    Bagi Mahasiswa
Studi kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang cara perawatan tali pusat pada bayi sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan, dan dapat mengaplikasikanya kedalam praktek.

F.       Metodologi Penelitian dan Teknik Memperoleh Data
1.    Metodelogi penelitian
Metodologi penelitian dalam penyusunan studi kasus dilakukan secara deskriftif yang dapat di definisikan sebagai suatu penelitian yang di lakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi untuk menggambarkan atau memotret masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan kelompok penduduk atau orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
2.    Teknik memperoleh Data
Tekhnik memperoleh data berdasarkan sumbernya,peneliti memperoleh data penelitian selama studi kasus kebidanan ini  dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.
a.    Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang dapat digunakan penelti untuk mengumpulkan data primer antara lain:
1)      Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada bayi mulai dari kepala sampai kaki dengan teknik inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
2)      Observasi
Adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan (prilaku pasien, ekspresi wajah, bau, suhu, dan lain-lain)
3)      Wawancara adalah perbincangan terarah dengan cara tatap muka     dan pertanyaan yang di ajukan mengarah pada data yang relevan dengan ibu.
b.    Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan penelitidari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.
1)      Study pustaka
Penulis mencari dan mengumpulkan serta mempelajari referensi yang relavan berdasarkan kasus yang di bahas yakni perawatan tali pusat dari beberapa buku dan informasi internet.

2)      Studi dokumentasi
Studi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan, maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      TINJAUAN TEORI MEDIS
1.    Bayi Baru Lahir
a.         Pengertian BBL
Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan individu yang sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstra uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan nya 2500-4000 gram (Dewi, 2010: h.1)

Bayi baru lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tampa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tampa cacat bawaan (Rukiyah, 2010: h.2)

11
Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupanya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik.bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010;h.3)
1)        Ciri-ciri Bayi Baru Lahir        
Ciri-ciri BBL normal sebagai berikut :
a)        Lahir aterem antara 37-42 minggu.
b)        Berat badan 2500-4000 gram.
c)        Panjang badan 48-52 cm.
d)       Lingkar dada 30-38 cm.
e)        Linkar lengan 11-12 cm.
f)         Frekwensi denyut jantung 120-160x/menit.
g)        Pernafasan ± 40-60x/menit.
h)        Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
i)          Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
j)          Kuku agak panjang dan lemas
k)        Nilai APGAR >7.
l)          Gerak aktif
m)      Bayi lahir langsung menangis kuat
n)        Reflek rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada daerah pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
o)        Reflex sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
p)        Reflex moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
q)        Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
r)         Genetalia
1)   Pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada pada scrotum dan penis yang berlubang.
2)   Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora.
3)   Eliminasi  baik yang ditandai dengan keluar nya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam dan kecoklatan (Dewi, 2010;h.2)
2)        Ciri-Ciri Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan system nilai Apgar. Dalam melakukan pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan :
a)        Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan)
b)        Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi bayi sangat penting untuk menghindari bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi)
c)        Pemeriksaan ulang dan konsultasi dengan dokter anak. Pemeriksaan ulang setelah 24 jam pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna (Manuaba, dkk. 2010;h.205)
3)         Penampilan Pada Bayi Baru Lahir
Penampilan pada BBL sebagai berikut:
a)                  Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi  rangsangan terhadap reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau  suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.
b)                 Keaktifan ,Bayi normal melakukan  gerakan-gerakan tangan  yang simetris pada waktu bangun.
c)                  Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang
d)                Kepala : apakah terlihat simetris.
e)                  Muka wajah, bayi tampak ekspresi.
f)                   Mata : perhatikan kesimetrisan antara mata kanan     dan kiri.
g)                 Mulut. Penampilannya harus simetris , mulut tidak mencucu   seperti mulut ikan, tidak ada tanda-tanda kebiruan pada mulut bayi.
h)                 Leher, dada, abdomen : melihat adanya cidera akibat persalinan, perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena biasanya bayi masih ada  pernapasan perut.
i)                      Punggung. Adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna  
j)                     Kulit dan kuku. Dalam keadaan normal kulit berwarna  kemerahan.
k)                 Kelancaran menghisap dan pencernaan. Harus  diperhatikan tinja dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.(Rukiyah, 2010;h.3-5)
4)        Reflek Pada Bayi Baru Lahir
(Rohani, dkk. 2011;h.251-252) antara lain adalah sebagai berikut :
a)        Reflex moro
       Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
b)        Reflex rooting.
       Reflek ini timbul karena rangsang taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala seolah mencari putting susu.
c)        Reflex sucking
       Reflek ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.
d)       Reflex batuk atau bersin
       Reflex ini timbul untuk melindungi bayi
e)        Reflex graps
       Reflek yang timbul jika ibu jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang sama dapat di peroleh ketika telapak kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk
f)         Reflex walking dan stapping
       Reflek yang timbul jika  bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan sepontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum biasa berjalan.
g)        Reflex tonic neck
       Reflex yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau kekiri jika di posisikan tengkurap. Reflex ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari. Reflex ini dapat di amati berusia 3-4 bulan.
h)        Reflex babinsky
       Reflex ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibujari akan bergerak keatas dan jari-jari lainnya membuka. Reflex ini biasanya menghilang setelah 1 tahun.
i)          Membengkokkan badan (reflex galant)
       ketika bayi tengkurap, goresan pada punggung menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Reflex ini berkurang pada usia 2-3 bulan.
j)          Reflex baeur (merangkak)
       Reflex akan terlihat pada bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap. Bayi baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya. Reflex ini menghilang pada usia 6 minggu (Rohani, dkk. 2011;h.251-252)

b.        Asuhan kebidanan pada BBL Normal
(Dewi, 2010;h.3) cara pemotongan tali pusat   sebagai    berikut:
1)   Cara memotong tali pusat
a)   Menjepit tali dengan klem, dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke 2 dengan jarak 2 cm dari klem.
b)   Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
c)   Mengikat tali pusat dengan jarak ±1 cm dari umbilicus dengan simpul mati lalu mengikat balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang berisi larutan klorin 0.5%.
d)  Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya pada ibu
2)   Inisiasi menyusu dini
Untuk mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi, setelah di lahirkan sebaiknya bayi langsung di letakakan di dada ibunya sebelum bayi di bersihkan.sentuhan kulit dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam di antara ibu dan anak.(Rukiyah, 2010;hal.7)
Langkah inisiasi menyusu dini:
a)         Setelah tali pusat di potong dan di ikat, letakan bayi tengkurap di dada ibu.luruskan bahu bayi sehingga bayi menenpel di dada ibu.kepala bayi harus berada di antara payudara ibu,tapi lebih rendah dari putting.
b)        Kemudian selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
c)         Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam.mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakan bantal di kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi, sehingga kemungkinan besar akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit.(Wiknjosastro,  2008;hal.129)
3)   Mempertahankan  suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi
a)      Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi bayi dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh.hal ini akan mengakibatkan serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermi.
b)      Untuk mecegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan dan di bungkus dengan kain kering kemudian di letakan telungkup di atas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c)      Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa di mandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat.
d)     Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir
Ada empat cara yang membuat bayi kehilangan panas,yaitu melalui radiasi,evavorasi,konduksi,dan konveksi.
(Dewi, 2012;hal.3-4)
4)   Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangn panas tubuhnya:
(Dewi, 2012;hal.13-14)
a)        Konduksi
       Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.sebagai contoh: ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi pada saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk BBL.


b)        Konveksi
       Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. Sebagai contoh:konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menepatkan BBL dekat jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
c)        Radiasi
       Panas dipancarkan BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin. Sebagai contoh: membiarkan BBl dalam ruangan AC tanpa di berikan pemana, membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok)
d)       Evaporasi
       Panas hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan udara (pemindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap)
       Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi; maka lakukan hal berikut:
a.    Keringkan bayi secara seksama
b.    Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering     dan hangat
c.    Tutup bagian kepala bayi
d.   Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e.    Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f.     Tempatkan bayi di lingkungan ynag hangat
5)   Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus di waspadai, di deteksi lebih dini untuk segera di lakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi, seperti:
a)         Penafasan sulit atau lebih dari 60 x/m
b)        Retraksi dada saat inspirasi
c)         Suhu lebih dari 380C atau kurang dari 36ºC
d)        Kulit,bibir biru atau pucat
e)         Memar atau sangat kuning(terutama pada 24 jam terakhir)
f)         Pemberiaan asi sulit, hisapan bayi lemah
g)        Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk
       (Muslihatun, 2010;hal.47)
c.        ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30-1jam setelah lahir) dan eksklusif. Bila perlu jelaskan manfaat pemberian ASI dini. ASI eklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tubuh kembang bayi, mudah dicerna dan efisien, mencegah berbagai penyakit infeksi.KB (metode aminore laktasi), bounding ibu dan bayi.
Prosedur pemberian ASI sebagai berikut:
a)    Menganjurkan ibu untuk menyusu tanpa di jadwal siang dan malam setiap bayi mengiginkan
b)   Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara,berikan payudara lain
c)    Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tisak memberikan minum lain selain ASI, tidak menggunakan dot/empeng
d)   Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan pertama
e)    Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan benar
f)    Menyusui dimulai apabila bayi suda siap, yaitu:mulut bayi membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan bergerak
g)   Cara memegang bayi:topang seluruh tubuh bayi, kepala dan tubuh lurus menghadap payudara, hidung dekat putting susu
h)   Cara melekatkan: menyentuhkan putting pada bibir ,tunggu mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kea rah putting sehingga bibir bawah jauh dibelakang areola
i)     Nilai perlekatan dan reflex menghisap:dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola diatas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti
j)     Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila bayi minum baik
d.      Kunjangan neonatal
Kunjungan neonatal adalah pelayanan kesehatan sesuai standar  yang di berikan oleh tenaga  kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 2 kali, selama periode 0 sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas-fasilitas kesehatan seperti puskesmas, bidan desa, polindes, maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus meliputi :
1.    Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 1-7 hari setelah bayi lahir.
2.    Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke 28 setelah bayi lahir 
(http://temboktiar.blogspot.com)
Kunjungan neonatal dilakukan Setiap bayi baru lahir sebaiknya mendapatkan semua kunjungan neonatus, yaitu pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari. Bayi yang mendapat kunjungan neonatus tiga kali yaitu pada saat berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari, dapat dinyatakan meelakukakunjungan neonatus lengkap
(KN1,KN2,KN3).(http://www.scribd.com)

2.    Pengertian Tali Pusat
a.    Tali Pusat
Tali pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan. Sebab semasa dalam rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus dipotong dan dijepit atau diikat.(http://worldhealth.blogspot.com). Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
(Muslihatun,2010;h.32)

Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm, dengan rentang panjang antara 30-100 cm, rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin yang rudimeter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membrane mucus yang tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung mukoid yang di sebut  whartor. Setelah tali pusat lahir segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan menyempit tetapi belum obliterasi. Karena itu tali pusat harus segera dipotong dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersabut oklusi serta tidak perdarahan.

1)   Fungsi  Tali Pusat
     Tali pusat pada janin berfungsi sebagai Saluran yang menghubungkan plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu yang sebelumnya di terima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilikalis.pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbondioksida yang akan  meresap keluar melalui arteri umbilikalis (Nungki,2011;h.19).
2)   Pemotongan Tali Pusat
Peralatan yang di gunakan dalam pemotongan tali pusat sangat berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada tali pusat. Adapun caranya adalah :
a)    keringkan bayi anda dengan membungkus kepala dan badannya kecuali tali pusat.
b)   Jepitlah talipusat dengan menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus.
c)    Lakukan urutan tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke dua    2 cm dari klem pertama.
d)   Peganglah tali pusat diantara dua klem menggunakan tangan kiri dengan jari-jari tangan kiri, lalu tali pusat di potong diantara kedua klem sisa potongan tali pusat pada bagian inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
e)    Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya, jangan memegang bahkan menaruiknya, bila talipusat belum juga lepas setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi yaitu pangkal talipusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan berbau, ada darah yang keluar terus menerus, dan bayi demam tanpa sebab yang jelas, maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyakit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat (Nungki, 2011; h.35)
3)   Pengikatan Tali Pusat
     Klem dan potong tali pusat setelah dua menit setelah bayi baru lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum tali pusat dipotong. Tali pusat dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding  perut (pangkal pusat).
Pengikatan dan pemotongan tali pusat segera setelah persalinan banyak dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi penelitian menunjukkan hal ini tidak bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan berbahaya pada bayi.
Peralatan yang di gunakan dalam pemotongan tali pusat sangat berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada tali pusat. Adapun caranya adalah:
a)    Keringkan bayi anda dengan membungkus kepala dan badannya kecuali tali pusat.
b)   Jepitlah talipusat dengan menggunaan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus.
c)    Lakukan urutan talipusat kearah ibu dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama.
d)   Peganglah tali pusat diantara dua klem menggunakan tangan kiri dengan jari-jari tangan kiri, lalu tali pusat di potong diantara kedua klem.
e)    Sisa potongan tali pusat pada bagian inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya infeksi
4)   Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat harus selalu kering dan bersih.Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi local.Perlu perawatan tali pusat sejak manejemen aktif kala III pada saaat menolong kelahiran bayi.sisa tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan terbuka dan di tutupi kain bersih secara longgar .(Muslihatun, 2010;h.45)

Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi tali pusat (Susan, 2005;h.201)

Upaya untuk mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya marupakan tindakan sederhana, yang penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan kering, dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan air bersaih dan menggunakan sabun. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti bahan yang digunakan untuk merawat tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis menggunakan bahan anti septik yang meliputi alcohol 70% atau anti mikrobial seperti povidon iodin 10% (Betadine), klorheksidin, lodium Tinsor ,dan lain-lain yang disebut sebagai cara moderen. Sedangkan perawatan talipusat metode tradisional mempergunakan madu, minyak Ghee (India), atau colostrum air susu ibu (Sodikin, 2009;h.57)

Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu  pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada Neonatus yang penting dalam perawatan talipusat adalah menjaga agar tali pusat tetap kering dan bersih dengan cara:
a)    Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
b)   Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas bersih, Kemudian bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril.
c)    Popok atau celana bayi harus diikat dibawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin.
d)   Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membuat trekan tali pusat. (Prawiroharjo,2009;hal.370)
5)   Pencegahan infeksi
a)    Definisi
Pencegahan infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena system imunitasnya yang masih belum sempurna.

b)   Kewaspadaan Pencegahan Infeksi
Sebaiknya Ibu atau siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut :
(1)   Anggaplah setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi.
(2)   Cuci tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alcohol sebelum dan sesudah merawat bayi.
(3)   Gunakan sarung tangan bila melakukan tindakan.
(4)   Gunakan pakaian pelindung, seperti celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah dan cairan tubuh lainnya.
(5)   Bersihkan dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum daur ulang.
(6)   Bersihkan ruang perawatan pasien secara rutin.
(7)   Letakkan bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare yang terinfeksi di dalam ruangan khusus (Dewi, 2011;h.16-17)
6)   Cara Pencegahan Infeksi
Berikut adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi:
a)    Cuci tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis alcohol,pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung tangan, dan sesudah memegang instrument atau barang yang kotor.
b)   Beri petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi.
c)    Basahi kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air mengalir, dan keringkan dengan handuk.
d)   Membersihkan tangan dengan cairan alcohol.
e)    Gunakan alat-alat perlindungan pribadi (Dewi, 2011;h.16-17)
7)   Perawatan umum
a)    Gunakan sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL, sampai dengan memandikan bayi minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker dalam perawatan BBL.
b)   Bersihkan darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat kemudian keringkan.
c)    Bersihkan bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau air sabun lalu keringkan  dengan hati-hati.
d)   Gunakan sarung tangan sewaktu merawat tali pusat (Dewi, 2011;h.16-17)



b.    Nasehat Untuk merawat Tali Pusat
1)   Jangan membungkus tali pusat atau mengoleskan cairan/ bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga bagi ibu dan keluarganya.
2)   Mengoleskan alkohol atau povidon iodin masih di perkenankan, tetapi tidak dikompraskan karena menyebabkan tali pusat basah/ lembab.
3)   Berikan nasehat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a)        Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
b)        Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air       DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan       menggunakan air bersih.
c)        Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas      atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi        merah,             bernanah dan/ berbau.
d)       Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) terus berdarah, merah meluas             atau mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke             fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir      (Wiknjosastro, 2008;hal.126)
c.    Perdarahan Tali Pusat
1)        Definisi
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul akibat dari trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi.
2)        Konsep Dasar
Perdarahan tali pusat dapat didebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar, atau kegagalan pembentukan thrombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi local maupun sistemik. Tali pusat harus diawasi terus-menerus pada hari- hari pertama agar perdarahan yang terjadi dapat tanggulangi secepat nya.
3)        Etiologi
Perdarahan tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan pembulu darah, serta plasenta previa, dan abrubsio plasenta.
a)        Robekan umbilikus normal, yang biasanya terjadi karena:
(1)   Partus presipitatus.
(2)   Adanya trauma atau lilitan tali pusat
(3)   Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan terjadinya tarikan yang yang berlebihan pada saat persalinan.
(4)   Kelainan penolong persalinan yang dapat menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.
b)        Robekan umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena:
(1)   Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian hematoma tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali kedalam plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menimbulkan kematian pada bayi.
(2)   Varises juga dapat menyebabkan perdarahan ketika varises tersebut pecah.
(3)   Aneruisma pembuluh darah setempat saja karena salah dalam proses perkembangan atau tejadi perkembangan atau terjadi kemunduran dinding pembulu darah. Pada aneurisma, pembulu darah rapuh dan mudah pecah.
(4)   Penatalaksanaan
(a)    Pada perdarahan umbilicus akibat ikatan yang longgar, dapat di kencangkan kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga di sebabkan oleh jepitan atau tarikan dari klem. Jika perdarahan tidak betrhenti setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera dilakukan beberapa jahitan pada luka bekas pemotongan tersebut.
(b)   Perdarahan unbilikus akibat robekan umbilicus harus segera di jahit. Kemudian  segera lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti kelainan anatomic pembuluh darah sehingga dapat segera bilakukan tindakan oleh dokteratau rumah sakit.
(c)    Perdarahan pada abrubsio plasenta, plasenta previa dan kelainan lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih baik segera dilakukan jika kelainan tersebut sudah diketahui sebelum bayi  lahir sehingga dapat dilakukan tindakan sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar (Rukiyah,2010;h.276) .

B.  TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN     
1.    Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak sistematis dan logis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klient maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus terhadap klient.

Manajemen kebidanan diadaptasi dari konsep yang di kembagkan oleh Helen Varney dalam buku Varney`s Midwivery, edisi ke tiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tuju langkah yang berturut secara sistematis dan siklik. (Soepardan, 2008; h.96)
Varne menjelaskan bahwa proses pemecahan masalah yang di temukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi kliien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari 7 langkah yang berurutan , dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke 7 langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap lankah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih detail dan ini biasa berubah sesuai dengan kebutuhan klien (Saminem, 2010;h.39)

2.    Langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney
Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah, yaitu :
1.    Pengumpulan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
a.    Pengkajian
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan berbagai sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
a)        Auto anamnesa adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung dari sumbernya.
b)        Allo anamnesa adalah anamnesis yang dilakukan pada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data yang akurat. (Sulistyawati, 2012; h.184)
Berikut adalah data yang dapat dikaji dan dilakukannya anamnesa pada identitas penanggung jawab:
1.    Nama selain sebagai identitas, upayakan agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara bidan dan pasien menjadi lebih baik dan akrab. (Sulistyawati, 2012; h. 184)
2.    Umur
Umur pasien seharusnya didapatkan dari anamnesa dan dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental fisiknya belum siap dan termasuk dalam menunda dan usia 20-35 tahun adalah masa reproduktif, sedankan umur lebih dari 35 adalah termasuk fase mengentikan dan dapat juga terjadi faktor resiko. (Sulistyawati, 2010;  h. 220)


3.    Agama
Sebagai dasar bidan untuk memberikan dukungan dan spiritual terhadap pasien dan keluarga. (Sulistyawati, 2010;  h. 221)
4.    Suku / bangsa
Dalam mengkaji suku ini berpengaruh pada  adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. (Sulistyawati, 2010;  h. 221)
5.    Setatus pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk dikaji karena berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkant intelektual seingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikanya. (Sulistyawati, 2010;  h. 221)
Status pendiddikan seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak peneliti yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring dengan peningkatan jenjang pendidikan peningkatan kesehatan juga meningkatkan pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengankesehatan.(http:repository.usu.ac.id)
Berdasarkan sekolah jenjang rendah/dasar yaitu SD dan SMP sederajat,sedang atau menengah yaitu SMA se derajat dan tinggiu perguruan tinggi.(hptt://nenkiuedubio.blogspot.com)


6.    Pekerjaan pasien
Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati, 2010; h. 221)
7.    Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi lokasi pasien data ini juga memberi gambaran mengkaji jarak dan waktu yang ditempuh pasien menuju lokasi playanan kesehatan. (Sulistyawati, 2010; h. 221)
b.    Pengkajian Data
Melakukan  pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
a)    Pengkajian Segera Setelah Lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan menilai APGAR, meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (reflek atau rangsangan terhadap rangsangan), activity (tonus otot) dan respiratory (usaha bernapas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning).



b)   Pengkajian Keadaan Fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan (Muslihatun, 2010; h. 251)
Data Subyektif bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji, adalah:
1.   Faktor genetik, meliputi kelainan/ganguan metabolik pada keluarga dan sindrom genetic.
2.   Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus.
3.   Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi, infeksi, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur meconium, amnionitis, ketuban pecah dini, perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenin persalinan.
Data Objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:
a)    Pemeriksaan Fisik
Dalam waktu 24 jam bila bayi tidak mengalami masalah apa pun, lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap

1)   Pemeriksaan Umum
a.    Pernafasan.
Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi.
b.    Warna kulit
Bayi baru aterm kelihatan pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c.    Denyut jantung
Denyut jantun BBL normal antara 100-160 kali per menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali per menit dalam jangka waktu pendek.
d.   Suhu
Suhu normalnya sekitar 36,5°C sampai 37,5°C.
e.    Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi.
f.     Tonus otot / tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g.    Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstermitas disentuh, dan pembengkakan.
h.    Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir / tanda mongol. Selama bayi dianggap normal. Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari pertama masih dianggap normal.
i.      Talipusat
normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.
j.      Berat badan, normal 2500-4000 garam.
(Muslihatun,2010;h.31-32)
b)        Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a.    Kepala
Bentuk kepala di hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam rahim ataupun proses persalinan yang di alami, tapi akan kembali ke bentuk normal dalam seminggu pertama. (Muslihatun,2010;h,36)

b.    Mata
Tujuan mengkaji mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu dibandingkan antara mata kanan dan mata kiri, pada tehnik inspeksi yang dikaji adalah konjungtiva pucat atau tidak, mata odem atau tidak, strabismus atau tidak, dan adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak. (Tambunan,  2011; h.73)
c.    Telingga
Pengkajian telinga secara umum bertujunan untuk mengetahui ada tidaknya jumlah ,bentuk, kesimetrisan letak dihubungkan  dengan mata dan kepala  serta adanya gangguan pendengaran (Muslihatun, 2010;h. 31)
d.   Hidung
Hidung dikaji untuk mengetahui bentuk, pola pernapasan dan kebersihan.(Muslihatun, 2010; h.31)
e.    Mulut
Tujuan mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada tidaknya kelainan yaitu bentuk simetris/tidak, bibir tidak pucat dan kering, tidak ada labio palato schizis, tidak ada labio schizis. (Muslihatun, 2010; h. 32)
f.     Leher
Tujuan mengkaji leher adalah Tidak ada pembesaran kelenjar untuk menetahui bentuk leher serta organ-organ penting yang berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan kulit apakah pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan, pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada  bendungan vena jugularis. (Tambunan, 2011; h. 83)
g.    Klavikula dan lengan tangan
Tujuan mengkaji klavikula dan lengan tangan adalah untuk memastikan adakah faraktur klavikula, gerakan bayi aktif atau tidak, dan ada tidaknya kelainan jumlah jari.  (Muslihatun, 2010; h. 32)
h.    Dada
Dada dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, puting susu, gngguan pernapasan, bunyi jantung. (Muslihatun, 2010; h. 33)
i.      Abdomen
Dalam melakukan pengkajian abdomen pastikan turgor kulit baik, tidak ada perdarahan tali pusat, tali pusat masih basah, tidak ada benjolan. (Muslihatun, 2010; h. 33)
j.      Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis testis sudah turun berada dalam skrotum ,orifisium uretra di ujung penis, kelainan (fimosis hipospadia/epispadia)
Kelamin perempuan: labia mayora dan minora, klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra,  secret dan lain-lain.
 (Muslihatun, 2010; h. 34)
k.    Tungkai dan kaki
Pengkajian pada Tungkai dan kaki bertujuan untuk memastikan  gerakan gerakan bayi aktif, bentuk simetris, jumlah jari-jari, lengkap. (Muslihatun, 2010; h. 34)
l.   Anus
Pengkajian pada anus bertujuan untuk memastikan anus berlubang, adanya atresiaani, dan mekonium. (Muslihatun, 2010; h. 34)
m.  Punggung
Pada pengkajian punggung dan pinggang biasanya dilihat bentuk dari punggung adanya lordosis atau tidak, adanya pembengkakan atau tidak. (Muslihatun, 2010; h. 34)


n.    Neuro
a)    Reflex moro
Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
b)   Reflex rooting.
Reflek ini timbul karena rangsang taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala seolah mencari putting susu.
c)    Reflex sucking
Reflek ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.
d)   Reflex graps
Reflek yang timbul jika ibu jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak tangan nya. Respon yang sama dapat di peroleh ketika telapak kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk.
e)    Reflex babinsky
Reflex ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari lain nya membuka. Reflex ini bias nya menghilang setelah 1 tahun.(Rohani, dkk. 2011; h.251-252)                       
o.    Antopometri
Bertujuan untuk melihat apakah bayi dalam keadaan normal dengan mengkaji BB, PB, LK, LD, LILA.
(Muslihatun, 2010; h.34)
p)   Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari enam kali perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair enam sampai delapan kali perhari. Dicurigaim diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
(Muslihatun, 2010; h.34)
2.    Interpretasi Data
Langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpresentasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu dengan lainya sehingga tergambar fakta. (Sulistyawati, 2012;h.184)
Pada tahap ini bidan mengidentifikasi diagnosis atau masalah  dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interprestasi data yang akurat, data dasar yang sudah dikumpulkan kemudian diinterpresentasikan sehingga ditemukan dignosis masalah yang spesifik. Kata-kata masalah dan diagnostik sama-sama dibutuhkan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan layaknya diagnostik tetapi membutuhkan penanganan yang tertuang dalam rencana asuhan kepada klien. (Saminem. 2010; h. 40)
Contoh: Diagnosis
a.    Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
b.    Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan
Masalah
1.    Ibu kurang informasi
2.    Adanya infeksi
Kebutuhan
3.    Perawatan rutin bayi baru lahir.
(Muslihatun, 2010; h. 255)
3.    Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ke-3 ini Bidan mengidentifikasi masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Masalah yang sering timbul pada bayi baru lahir :
a.    Hipotermi potensial terjadi ganguan pernapasan
b.    Hipotermi ini karena menyempitnya pembuluh darah dan yang dapat      mengakibatkan terjadinya metabolik, meningkatkan kebutuhan oksigen.
c.    Hipoglikemi ini karena kenaikan kadar bilirubin.
d.   Infeksi karena tetanus neonatorum yang disebabkan karena clostridium tetani.(Muslihatun, 2010;h.255)
4.    Menetapkan Kebutuhan terhadap Tindakan Segera atau Masalah   Potensial
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil keputusan ada  tidaknya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi.(Muslihatun, 2010;h. 255)
5.    Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada angkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Berikut ini beberapa contoh paksanaan dari prencanaan asuhan berdasarkan peran bidan dalam tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan pengawasan.(Sulistyawati, 2012;h.184)
Rencana asuhan pada bayi baru lahir:
1)   Pertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
2)   Berikan pada bayi perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir
3)   Berikan identitas pada bayi
4)   Berikan suntikan vit k
5)   Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi
6)   Anjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya
7)   Berikan konseling pada ibu perawatan tali pusat
8)   Beritahu tanda-tanda bahaya pada bayi
( Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
Perencanaan pada perawatan tali pusat adalah sebagai berikut :
1)   Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
2)   Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas           bersih
3)   Bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih atau     steril
4)   Pastikan  popok atau celana bayi harus di ikat di bawah tali pusat,tidak            menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin.
5)   Hindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membuat     trekan tali pusat.
     (Prawirohardjo, 2010;h.372-373)
6.    Implementasi
Tahap ini merupakan tahap mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman.
(Muslihatun, 2010: 256)
1)   Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan selimut yang kering dan bersih. ( Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
2)   Memberikan obat mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1% di anjurkan untuk mencegah penyakit mata karena clamidia.obat mata perlu di berikan pada jam pertama setelah persalinan. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
3)   Memberikan identitas bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera setelah lahir. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
4)   Memberikan suntikan vit K untuk mencegah perdarahan, dengan dosis 0,1 mg IM. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
5)   Memberitahu ibu konseling tentang menjaga kehangatan bayi agar bayi tidak kehilangan panas. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
6)   Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya agar adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan pasif (kolostrum) untuk bayi dan meransang kontraksi uterus. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
7)   Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat yaitu sisa tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan terbuka dandi tutupi kain bersih secara longgar , pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat,jika tali pusat terkena kotoran /feses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian di keringkan.
(Muslihatun,2010;h.45)
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Pada tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat, antara lain :
1)   Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum merawat tali pusat.
2)   Membersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas bersih
3)   Membungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat dengan kasa bersih     atau steril.
4)   Memastikan  popok atau celana bayi harus di ikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan        feses dan urin.
5)   Menghindari penggunaan kancing, koin atau uang logam untuk membuat trekan tali pusat
7.    Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini:
1)   Tinjauan asuhan kebidanan
Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembaikan kesehatan
2)   Evektifitas tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam meakukan evaluasi sebeberapa evektif tindakan dan asuhan yang kita berikan kepada pasien. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
3)   Hasil asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang meliputi  pemulihan kondisi pasien, peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri.
(Sulistyawati, 2012;h.186)
Evaluasi asuhan pada bayi baru lahir:
a)        Suhu tubuh bayi tetap terjaga dengan baik
b)        Perawatan mata dengan memberikan salep mata pada bayi
c)        Identitas bayi telah di berikan
d)       Pemberian vit K pada bayi telah di berikan
e)        Koseling tentang menjaga kehangatan bayi telah di berikan pada ibu dan ibu mengerti
f)         Ibu bersedia memberikan ASI pada bayinya
g)        Ibu mengerti tentang perawatan tali pusat pada bayinya
h)        Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
Menurut teori tali pusat akan normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.(Muslihatun,2010;hal.32)

C.      LANDASAN HUKUM  KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1.    Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
a.    Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
b.    Penyuluhan dan konseling
c.    Bimbingan pada kelompok ibu hamil
d.   Pemberian surat keterangan kematian
e.    Pemberian surat keterangan cuti bersalin

2.    Pelayanan kesehatan anak
a.    Ruang lingkup:
1)   Pelayanan bayi baru lahir
2)   Pelayanan bayi
3)   Pelayanan anak balita
4)   Pelayanan anak pra sekolah
b.    Kewenangan:
a)    Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b)   Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c)    Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d)   Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
e)    Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
f)    Pemberian konseling dan penyuluhan
g)   Pemberian surat keterangan kelahiran
h)   Pemberian surat keterangan kematian



1 komentar:

  1. 盾讶盾讶 - 盾讶盾讶, 砑法筐 拯利楽槎 硺 娹店利讶
    【設盾讶盾讶, nipple piercing jewelry titanium 】KIẾM TIỀN ceramic vs titanium curling iron GO【VIP】SUGAR THẠI THạI NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN titanium joes GO【WG98.vip】SUGAR babyliss pro nano titanium THẠI NGÀY TIỀN titanium density NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN NGÀ

    BalasHapus