BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Pada tahun 2000 WHO (Word Hearth
Organisation) menemukan angka kematian bayi sebesar 560.000, yang disebabkan
oleh infeksi tali pusat, Negara Afrika angka kematian bayi yang disebabkan
infeksi tali pusat 126.000 (21%), Negara Asia Tenggara diperkirkan ada 220.000
kematian bayi, di Negara Afrika maupun di Asia Tenggara kematian disebabkan
karena perawatan tali pusat yang kurang bersih (Astuti,2003)
Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) seluruh
dunia, terdapat kematian bayi khususnya neonatus sekitar 4.000.000 jiwa/tahun,
kematian bayi di negara berkembang sekitar 99% dan 40.000 jiwa adalah bayi di
negara indonesia.(http//.poltekes-pontianak.ac.id.)
|
Pada Tahun 2012 di Provinsi Lampung terjadi 787 kasus kematian Perinatal,
110 kasus kematian neonatal, 159 kasus kematian bayi dan kasus kematian Balita
sebanyak 64 kasus. Tingginya kasus
kematian Ibu dan anak di Provinsi Lampung memperlihatkan betapa rawannya
derajat kesehatan Ibu dan anak. Karena kematian Ibu, bayi dan Balita merupakan
salah satu parameter derajat kesehatan suatu Negara (Profil Dinkes 2012). Hasil
Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan anak umumnya
rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan ekonomi rendah.
Adat budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan
ibu dan anak (Profil Dinkes 2012).
Angka Kematian bayi (AKB) Bandar Lampung masih relative sangat tinggi
seperti diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, terjadi 159
kasus kematian bayi pada tahun 2012. kasus kematian bayi terbesar adalah di
Kota Bandar Lampung terdapat 38 bayi meninggal.Jumlah penduduk yang besar
memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. tetapi seharusnya dengan jumlah tenaga
kesehatan yang mencukupi, akses yang mudah dan sarana prasarana yang cukup kasus kematian bayi di kota Bandar Lampung
ini tidak terjadi. Jika dilihat dari
penyebab kematian bayi, masih disebabkan oleh penyakit penyakit infeksi yaitu
Diare dan ISPA. Peran Tenaga kesehatan dalam meningkatkan KIE pada masyarakat
seharusnya dapat ditingkatkan untuk mencegah tingginya angka kematian karena
penyakit infeksi, seperti infeksi tetanus neonatorum, selain itu kapasitas
tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan penanganan infeksi serta kepatuhan
petugas dalam memberikan pelayanan sesuai standar ikut berkontribusi dalam
kasus kematian karena penyakit infeksi ini.(Profil Dinkes Prov.Lampung ,2012)
Tetanus Neonatorum dan
infeksi tali pusat telah menjadi penyebab kesakitan dan kematian secara
terus-menerus di berbagai negara. Setiap tahunnya sekitar 500.000 bayi
meninggal karena tetanus neonatorum dan 460.000 meninggal akibat infeksi
bakteri.Tetanus neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian, sebenarnya
dapat dengan mudah di hindari dengan perawatan tali pusat yang baik, dan
pengetahuan yang memadai tentang cara merawat tali pusat (Sodikin;2010)
Perawatan
tali pusat secara intensif diperkenalkan pada tahun 1950-1960 ketika angka
infeksi pada proses kebidanan sedang sangat tinggi. Namun di sejumlah Negara
berkembang masih sering dijumpai kasus infeksi tali pusat walaupun antiseptic jenis
baru telah diperkenalkan. Selain infeksi, perdarahan pada tali pusat juga dapat
berakibat fatal akan tetapi perdarahan dapat dicegah dengan melakukan
penjepitan tali pusat dengan kuat dan pencegahan infeksi.
(Sodikin,2010)
Angka Kematian bayi (AKB) Bandar Lampung masih relative sangat tinggi seperti
diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, terjadi 159 kasus
kematian bayi pada tahun 2012. kasus kematian bayi terbesar adalah di Kota
Bandar Lampung terdapat 38 bayi meninggal.Jumlah penduduk yang besar
memungkinkan hal tersebut dapat terjadi. tetapi seharusnya dengan jumlah tenaga
kesehatan yang mencukupi, akses yang mudah dan sarana prasarana yang cukup kasus kematian bayi di kota Bandar Lampung
ini tidak terjadi.
Jika dilihat dari penyebab
kematian bayi, masih disebabkan oleh penyakit penyakit infeksi yaitu Diare dan
ISPA. Peran Tenaga kesehatan dalam meningkatkan KIE pada masyarakat seharusnya
dapat ditingkatkan untuk mencegah tingginya angka kematian karena penyakit
infeksi, seperti infeksi tetanus neonatorum, selain itu kapasitas tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan penanganan infeksi serta kepatuhan petugas
dalam memberikan pelayanan sesuai standar ikut berkontribusi dalam kasus kematian
karena penyakit infeksi ini.(Profil Dinkes Prov.Lampung ,2012)
Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan di BPS
Nurhasanah Bandar Lampung. Pada bulan April 2013 terdapat 24 Ibu Bersalin, dari hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 18 Mei
2013 di BPS Nurhasanah, terdapat 5 ibu post partum hasil wawancara menunjukan
ibu mengatakan cara perawatan tali pusat dirumah masih mengikuti nasehat orang
tua untuk melakukan perawatan tali pusat secara tradisional , dengan ada yang
mengatakan membubuhi seperti bedak dan kunyit, hal tersebut merupakan perawatan
tali pusat yang salah dan merupakan faktor yang menjadi penyebab tetanus
neonatorum sebagai salah satu penyebab kematian bayi baru lahir. Berdasarkan
hal diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti ” Asuhan Kebidanan terhadap
Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun
2013.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan pada latar belakang di atas maka masalah dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana Penatalaksanaan Perawatan Tali Pusat Pada Bayi Ny. F
Di BPS Nurhasanah,
Amd,Keb. Gudang lelang Bandar Lampung ?
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan
Umum
Mengetahui
Asuhan Kebidanan pada BBL dengan Penatalaksanaan Perawatan Tali pusat pada By
Ny.F di BPS Nurhasanah Amd.Keb. Bandar
lampung Tahun 2013
2.
Tujuan Khusus
a. Diharapkan
penulis dapat melaksanakan pengkajian kebidanan pada Bayi Ny.
F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS
Nurhasanah Bandar Lampung tahun 2013.
b. Diharapkan
penulis dapat mengidentifikasi
data untuk melakukan diagnosa
masalah serta kebutuhan pada Bayi Ny. F dengan perawatan tali pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
c. Diharapkan
penulis dapat menegakkan diagnosa
dan masalah potensial terhadap Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun
2013.
d. Diharapkan
penulis dapat melaksanakan
tindakan segera/kolaborasi Asuhan
Kebidanan yang menyeluruh terhadap Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun
2013.
e. Diharapkan
penulis dapat merencanakan
tindakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
f. Diharapkan
penulis dapat melaksanakan
tindakan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun 2013.
g. Diharapkan
penulis dapat mengevaluasi Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. F dengan Perawatan Tali Pusat di BPS Nurhasanah Bandar Lampung Tahun
2013.
D. Ruang lingkup
1.
Sasaran
Objek
pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah satu bayi yaitu bayi Ny. F baru lahir dengan
kebutuhan perawatan tali pusat
2.
Tempat
Dalam
Karya Tulis Ilmiah ini penulis melakukan penelitian di BPS Nurhasanah Amd,Keb
Gudang lelang Teluk Betung Bandar Lampung
3.
Waktu
Study kasus ini dilaksanakan dari tanggal
18 Mei-22 Mei 2013
E.
Manfaat penelitian
Dengan adanya karya tulis ini
diharapkan dapat memberikan suatu manfaat yang berarti kepada :
1.
Bagi
Institusi pendidikan
Dapat di jadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi
mahasiswa dan pendidikan dalam melaksanakan program pendidikan sebagai panduan
dan contoh untuk melakukan peneletian.
2.
Bagi
Lahan Praktek
Diharapkan
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi instansi dalam memberikan penyuluhan
dan informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya tentang
perawatan tali pusat yang baik dan benar.
3.
Bagi
Masyarakat/Orang tua Bayi
Setelah
diberikan asuhan komprehensif selama perawatan tali pusat pada bayi diharapkan
dapat mencegah, mendeteksi dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi dan
bagi orang tua dapat memberikan pengetahuan tentang cara perawatan tali pusat
yang baik dan benar.
4.
Bagi
Mahasiswa
Studi
kasus ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang cara
perawatan tali pusat pada bayi sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan, dan dapat
mengaplikasikanya kedalam praktek.
F.
Metodologi
Penelitian dan Teknik Memperoleh Data
1. Metodelogi
penelitian
Metodologi penelitian dalam
penyusunan studi kasus dilakukan secara deskriftif yang dapat di definisikan
sebagai suatu penelitian yang di lakukan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan suatu fenomena yang terjadi untuk menggambarkan atau memotret
masalah kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan kelompok penduduk atau
orang yang tinggal dalam komunitas tertentu.
2.
Teknik memperoleh Data
Tekhnik memperoleh data berdasarkan
sumbernya,peneliti memperoleh data penelitian selama studi kasus kebidanan ini dapat dikelompokkan dalam dua jenis yaitu
data primer dan data sekunder.
a.
Data primer adalah data
yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber
datanya. Untuk mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan penelti untuk mengumpulkan data primer
antara lain:
1)
Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan
fisik secara sistematis pada bayi mulai dari kepala sampai kaki dengan teknik
inpeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
2)
Observasi
Adalah pengumpulan
data melalui indera penglihatan (prilaku pasien, ekspresi wajah, bau, suhu, dan
lain-lain)
3)
Wawancara adalah perbincangan terarah dengan cara
tatap muka dan pertanyaan yang di
ajukan mengarah pada data yang relevan dengan ibu.
b.
Data Sekunder adalah data
yang diperoleh atau dikumpulkan penelitidari berbagai sumber yang telah ada
(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai
sumber seperti Biro Pusat Statistik (BPS), buku, laporan, jurnal, dan
lain-lain.
1)
Study pustaka
Penulis
mencari dan mengumpulkan serta mempelajari referensi yang relavan berdasarkan
kasus yang di bahas yakni perawatan tali pusat dari beberapa buku dan informasi
internet.
2)
Studi
dokumentasi
Studi dilakukan dengan
mempelajari status kesehatan klien yang bersumber dari catatan dokter, bidan,
maupun sumber lain yang menunjang seperti hasil pemeriksaan diagnostik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI MEDIS
1. Bayi Baru Lahir
a.
Pengertian BBL
Bayi baru lahir juga di namakan neonatus merupakan
individu yang sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan
ekstra uterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37-42 minggu dan berat badan nya 2500-4000 gram (Dewi, 2010: h.1)
Bayi baru lahir normal adalah Bayi yang lahir dalam
presentasi belakang kepala melalui vagina tampa memakai alat, pada usia
kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar
>7 dan tampa cacat bawaan (Rukiyah, 2010: h.2)
11
|
1)
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir
Ciri-ciri BBL normal sebagai berikut :
Ciri-ciri BBL normal sebagai berikut :
a)
Lahir aterem antara 37-42 minggu.
b)
Berat badan 2500-4000 gram.
c)
Panjang badan 48-52 cm.
d)
Lingkar dada 30-38 cm.
e)
Linkar lengan 11-12 cm.
f)
Frekwensi denyut jantung 120-160x/menit.
g)
Pernafasan ± 40-60x/menit.
h)
Kulit kemerah merahan dan licin karena jaringan
subkutan yang cukup.
i)
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala
biasanya telah sempurna.
j)
Kuku agak panjang dan lemas
k)
Nilai APGAR >7.
l)
Gerak aktif
m)
Bayi lahir langsung menangis kuat
n)
Reflek rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada daerah pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan
baik.
o)
Reflex sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk
dengan baik.
p)
Reflex moro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
q)
Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
r)
Genetalia
1)
Pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada
pada scrotum dan penis yang berlubang.
2)
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan minora.
3)
Eliminasi
baik yang ditandai dengan keluar nya mekonium dalam 24 jam pertama dan
berwarna hitam dan kecoklatan (Dewi, 2010;h.2)
2)
Ciri-Ciri Penilaian Bayi Baru Lahir
Penilaian bayi
baru lahir dilakukan dengan menggunakan system nilai Apgar. Dalam melakukan
pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan :
a)
Pencatatan
(jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan)
b)
Identifikasi
bayi (rawat gabung, identifikasi bayi sangat penting untuk menghindari bayi
tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi)
c)
Pemeriksaan
ulang dan konsultasi dengan dokter anak. Pemeriksaan ulang setelah 24 jam
pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum
sempurna (Manuaba, dkk. 2010;h.205)
3)
Penampilan
Pada Bayi Baru Lahir
Penampilan
pada BBL sebagai berikut:
a)
Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi rangsangan terhadap reaksi rayuan, rangsangan
sakit, atau suara keras yang mengejutkan
atau suara mainan.
b)
Keaktifan ,Bayi normal melakukan
gerakan-gerakan tangan yang
simetris pada waktu bangun.
c)
Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang
d)
Kepala : apakah terlihat simetris.
e)
Muka wajah, bayi tampak ekspresi.
f)
Mata : perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri.
g)
Mulut. Penampilannya harus simetris , mulut tidak mencucu seperti
mulut ikan, tidak ada tanda-tanda kebiruan pada mulut bayi.
h)
Leher, dada, abdomen : melihat adanya cidera akibat persalinan,
perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena biasanya bayi
masih ada pernapasan perut.
i)
Punggung.
Adanya benjolan atau tumor atau tulang
punggung dengan lekukan yang kurang sempurna
j)
Kulit dan kuku. Dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.
k)
Kelancaran menghisap dan pencernaan. Harus diperhatikan
tinja dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.(Rukiyah, 2010;h.3-5)
4)
Reflek
Pada Bayi Baru Lahir
(Rohani, dkk. 2011;h.251-252) antara lain adalah
sebagai berikut :
a)
Reflex moro
Reflek dimana bayi akan
mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari, lalu mengembalikan
dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
b)
Reflex rooting.
Reflek ini timbul karena
rangsang taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala seolah mencari
putting susu.
c)
Reflex sucking
Reflek ini timbul bersama
reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.
d)
Reflex batuk atau bersin
Reflex
ini timbul untuk melindungi bayi
e)
Reflex graps
Reflek yang timbul jika ibu
jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak
tangannya. Respon yang sama dapat di peroleh ketika telapak kaki di gores dekat
ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk
f)
Reflex walking dan stapping
Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan
sepontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum biasa berjalan.
g)
Reflex tonic neck
Reflex yang timbul jika bayi
mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau kekiri jika di posisikan tengkurap.
Reflex ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1 hari. Reflex ini dapat
di amati berusia 3-4 bulan.
h)
Reflex babinsky
Reflex ini akan muncul bila
ada rangsangan pada telapak kaki. Ibujari akan bergerak keatas dan jari-jari
lainnya membuka. Reflex ini biasanya menghilang setelah 1 tahun.
i)
Membengkokkan badan (reflex galant)
ketika bayi tengkurap,
goresan pada punggung menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Reflex ini
berkurang pada usia 2-3 bulan.
j)
Reflex baeur (merangkak)
Reflex akan terlihat pada
bayi aterm dengan posisi bayi tengkurap. Bayi baru lahir akan melakukan gerakan
merangkak dengan menggunakan lengan dan tungkainya. Reflex ini menghilang pada usia 6 minggu (Rohani, dkk. 2011;h.251-252)
b.
Asuhan kebidanan pada BBL Normal
(Dewi,
2010;h.3) cara pemotongan tali pusat
sebagai berikut:
1)
Cara memotong
tali pusat
a)
Menjepit
tali dengan klem, dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu mengurut tali pusat kearah
ibu dan memasang klem ke 2 dengan jarak 2 cm dari klem.
b)
Memegang
tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan tangan kiri (jari tengah
melindungi tubuh bayi) lalu memotong tali pusat diantara 2 klem.
c)
Mengikat
tali pusat dengan jarak ±1 cm dari umbilicus dengan simpul mati lalu mengikat
balik tali pusat dengan simpul mati. Untuk kedua kalinya bungkus dengan kasa
steril, lepaskan klem pada tali pusat, lalu memasukkannya dalam wadah yang
berisi larutan klorin 0.5%.
d) Membungkus bayi dengan kain bersih dan
memberikannya pada ibu
2)
Inisiasi
menyusu dini
Untuk
mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi, setelah di lahirkan sebaiknya bayi
langsung di letakakan di dada ibunya sebelum bayi di bersihkan.sentuhan kulit
dengan kulit mampu menghadirkan efek psikologis yang dalam di antara ibu dan
anak.(Rukiyah, 2010;hal.7)
Langkah inisiasi menyusu dini:
a)
Setelah
tali pusat di potong dan di ikat, letakan bayi tengkurap di dada ibu.luruskan
bahu bayi sehingga bayi menenpel di dada ibu.kepala bayi harus berada di antara
payudara ibu,tapi lebih rendah dari putting.
b)
Kemudian
selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
c)
Biarkan
bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu
jam.mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Bila perlu letakan bantal
di kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi, sehingga kemungkinan
besar akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60
menit.(Wiknjosastro, 2008;hal.129)
3)
Mempertahankan
suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermi
a)
Mengeringkan
tubuh bayi segera setelah lahir
Kondisi
bayi dengan tubuh basah karena air ketuban atau aliran udara melalui
jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan yang akan
mengakibatkan bayi lebih cepat kehilangan suhu tubuh.hal ini akan mengakibatkan
serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal hipotermi.
b)
Untuk
mecegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir harus segera dikeringkan
dan di bungkus dengan kain kering kemudian di letakan telungkup di atas dada
ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c)
Menunda
memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil
Pada
BBL cukup bulan dengan berat badan lebih dari 2.500 gram dan menangis kuat bisa
di mandikan ± 24 jam setelah kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat.
d)
Menghindari
kehilangan panas pada bayi baru lahir
Ada
empat cara yang membuat bayi kehilangan panas,yaitu melalui radiasi,evavorasi,konduksi,dan
konveksi.
(Dewi,
2012;hal.3-4)
4)
Empat
kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangn panas
tubuhnya:
(Dewi,
2012;hal.13-14)
a)
Konduksi
Panas
di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan
tubuh bayi.sebagai contoh: ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang
bayi pada saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk BBL.
b)
Konveksi
Panas
hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. Sebagai
contoh:konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menepatkan BBL dekat
jendela atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin.
c)
Radiasi
Panas
dipancarkan BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin. Sebagai contoh:
membiarkan BBl dalam ruangan AC tanpa di berikan pemana, membiarkan BBL dalam
keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin
(dekat tembok)
d)
Evaporasi
Panas
hilang melalui proses penguapan yang bergantung pada kecepatan dan kelembapan
udara (pemindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi uap)
Agar
dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi; maka lakukan hal berikut:
a.
Keringkan
bayi secara seksama
b.
Selimuti
bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat
c.
Tutup
bagian kepala bayi
d.
Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
e.
Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
f.
Tempatkan
bayi di lingkungan ynag hangat
5)
Tanda-tanda
bahaya bayi baru lahir
Beberapa
tanda bahaya pada bayi baru lahir harus di waspadai, di deteksi lebih dini
untuk segera di lakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi, seperti:
a)
Penafasan
sulit atau lebih dari 60 x/m
b)
Retraksi
dada saat inspirasi
c)
Suhu
lebih dari 380C atau kurang dari 36ºC
d)
Kulit,bibir
biru atau pucat
e)
Memar
atau sangat kuning(terutama pada 24 jam terakhir)
f)
Pemberiaan
asi sulit, hisapan bayi lemah
g)
Tali
pusat merah, bengkak, keluar cairan berbau busuk
(Muslihatun,
2010;hal.47)
c.
ASI Eksklusif
Anjurkan ibu memberikan ASI dini (dalam 30-1jam setelah
lahir) dan eksklusif. Bila perlu jelaskan manfaat pemberian ASI dini. ASI
eklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tubuh kembang bayi, mudah
dicerna dan efisien, mencegah berbagai penyakit infeksi.KB (metode aminore
laktasi), bounding ibu dan bayi.
Prosedur pemberian ASI sebagai berikut:
a)
Menganjurkan
ibu untuk menyusu tanpa di jadwal siang dan malam setiap bayi mengiginkan
b) Bila bayi melepaskan isapan dari satu
payudara,berikan payudara lain
c) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau,
tidak melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tisak memberikan minum
lain selain ASI, tidak menggunakan dot/empeng
d) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja
pada 4-6 bulan pertama
e) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut
bayi dan payudara ibu dengan benar
f) Menyusui dimulai apabila bayi suda siap,
yaitu:mulut bayi membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling
dan bergerak
g) Cara memegang bayi:topang seluruh tubuh bayi,
kepala dan tubuh lurus menghadap payudara, hidung dekat putting susu
h) Cara melekatkan: menyentuhkan putting pada
bibir ,tunggu mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kea rah putting sehingga
bibir bawah jauh dibelakang areola
i) Nilai perlekatan dan reflex menghisap:dagu
menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola diatas
mulut bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan
kadang berhenti
j) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif,
apabila bayi minum baik
d.
Kunjangan neonatal
Kunjungan neonatal adalah
pelayanan kesehatan sesuai standar yang di berikan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya 2 kali, selama periode 0
sampai 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas-fasilitas kesehatan seperti
puskesmas, bidan desa, polindes, maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan
neonatus meliputi :
1.
Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun
waktu 1-7 hari setelah bayi lahir.
2.
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun
waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke 28 setelah bayi lahir
(http://temboktiar.blogspot.com)
Kunjungan
neonatal dilakukan Setiap bayi baru lahir
sebaiknya mendapatkan semua kunjungan neonatus, yaitu pada saat bayi berumur
6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari. Bayi yang mendapat kunjungan neonatus tiga
kali yaitu pada saat berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28 hari, dapat
dinyatakan meelakukakunjungan neonatus lengkap
(KN1,KN2,KN3).(http://www.scribd.com)
2.
Pengertian Tali Pusat
a.
Tali Pusat
Tali
pusat dalam istilah medisnya disebut dengan umbilical cord. Merupakan
saluran kehidupan bagi janin selama ia di dalam kandungan. Sebab semasa dalam
rahim, tali pusat inilah yang menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin
yang berada di dalamnya. Begitu janin dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan
oksigen dari ibunya, karena bayi mungil ini sudah dapat bernapas sendiri
melalui hidungnya. Karena sudah tak diperlukan lagi maka saluran ini harus
dipotong dan dijepit atau diikat.(http://worldhealth.blogspot.com).
Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10
hari.
(Muslihatun,2010;h.32)
Diameter tali pusat antara 1-2,5 cm,
dengan rentang panjang antara 30-100 cm, rata-rata 55 cm, terdiri atas alantoin
yang rudimeter, sisa-sisa omfalo mesenterikus, dilapisi membrane mucus yang
tipis, selebihnya terisi oleh zat seperti agar-agar sebagai jaringan penghubung
mukoid yang di sebut whartor. Setelah
tali pusat lahir segera berhenti berdenyut, pembuluh darah tali pusat akan
menyempit tetapi belum obliterasi. Karena itu tali pusat harus segera dipotong
dan diikat kuat-kuat supaya pembuluh darah tersabut oklusi serta tidak perdarahan.
1) Fungsi
Tali Pusat
Tali pusat pada janin berfungsi sebagai
Saluran yang menghubungkan plasenta dan bagian tubuh janin sehingga janin
mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu yang sebelumnya di
terima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbilikalis.pertukaran
bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas karbondioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umbilikalis (Nungki,2011;h.19).
2) Pemotongan Tali Pusat
Peralatan yang di gunakan dalam
pemotongan tali pusat sangat berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada tali
pusat. Adapun caranya adalah :
a) keringkan bayi anda dengan membungkus
kepala dan badannya kecuali tali pusat.
b) Jepitlah talipusat dengan menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari umbilikus.
c) Lakukan urutan tali pusat kearah ibu
dan memasang klem ke dua 2 cm dari
klem pertama.
d) Peganglah tali pusat diantara dua klem
menggunakan tangan kiri dengan jari-jari tangan kiri, lalu tali pusat di potong
diantara kedua klem sisa potongan tali pusat pada bagian inilah yang harus
dirawat, karena jika tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya infeksi.
e) Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas
dengan sendirinya, jangan memegang bahkan menaruiknya, bila talipusat belum
juga lepas setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi yaitu pangkal
talipusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan berbau, ada darah
yang keluar terus menerus, dan bayi demam tanpa sebab yang jelas, maka kondisi
tersebut menandakan munculnya penyakit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat
(Nungki, 2011; h.35)
3) Pengikatan Tali Pusat
Klem dan potong tali pusat
setelah dua menit setelah bayi baru lahir. Lakukan terlebih dahulu penyuntikan oksitosin, sebelum
tali pusat dipotong. Tali pusat
dijepit dengan klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut (pangkal pusat).
Pengikatan dan pemotongan tali pusat
segera setelah persalinan banyak dilakukan secara luas di seluruh dunia, tetapi
penelitian menunjukkan hal ini tidak bermanfaat bagi ibu ataupun bayi, bahkan
berbahaya pada bayi.
Peralatan yang di gunakan dalam
pemotongan tali pusat sangat berpengaruh dalam timbulnya infeksi pada tali
pusat. Adapun caranya adalah:
a) Keringkan bayi anda dengan membungkus
kepala dan badannya kecuali tali pusat.
b) Jepitlah talipusat dengan menggunaan
klem kira-kira 3 cm dari umbilikus.
c) Lakukan urutan talipusat kearah ibu
dan memasang klem ke dua 2 cm dari klem pertama.
d) Peganglah tali pusat diantara dua klem
menggunakan tangan kiri dengan jari-jari tangan kiri, lalu tali pusat di potong
diantara kedua klem.
e) Sisa potongan tali pusat pada bagian
inilah yang harus dirawat, karena jika tidak dirawat dapat menyebabkan terjadinya
infeksi
4) Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali
pusat harus selalu kering dan bersih.Tali pusat merupakan tempat koloni
bakteri, pintu masuk kuman dan bisa terjadi infeksi local.Perlu perawatan tali
pusat sejak manejemen aktif kala III pada saaat menolong kelahiran bayi.sisa
tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan terbuka dan di tutupi kain bersih
secara longgar .(Muslihatun, 2010;h.45)
Perawatan tali pusat adalah pengobatan dan pengikat tali
pusat yang menyebabkan pemisahan fisik terakhir antara ibu bayi, kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan steril, bersih, kering, puput dan terhindar dari infeksi
tali pusat (Susan, 2005;h.201)
Upaya untuk
mencegah infeksi tali pusat sesungguhnya marupakan tindakan sederhana, yang
penting adalah tali pusat dan daerah sekitar tali pusat selalu bersih dan
kering, dan selalu mencuci tangan dengan menggunakan air bersaih dan
menggunakan sabun. Sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti bahan
yang digunakan untuk merawat tali pusat. Perawatan tali pusat secara medis
menggunakan bahan anti septik yang meliputi alcohol 70% atau anti mikrobial
seperti povidon iodin 10% (Betadine), klorheksidin, lodium Tinsor ,dan
lain-lain yang disebut sebagai cara moderen. Sedangkan perawatan talipusat
metode tradisional mempergunakan madu, minyak Ghee (India), atau colostrum air
susu ibu (Sodikin, 2009;h.57)
Perawatan
tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden
infeksi pada Neonatus yang penting dalam perawatan talipusat adalah menjaga
agar tali pusat tetap kering dan bersih dengan cara:
a) Cuci tangan dengan sabun dan air
bersih sebelum merawat tali pusat.
b) Bersihkan dengan lembut kulit
disekitar tali pusat dengan kapas bersih, Kemudian bungkus dengan longgar/tidak
terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril.
c) Popok atau celana bayi harus diikat dibawah
tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan
urin.
d) Hindari penggunaan kancing, koin atau
uang logam untuk membuat trekan tali pusat. (Prawiroharjo,2009;hal.370)
5) Pencegahan infeksi
a)
Definisi
Pencegahan
infeksi merupakan bagian terpenting dari setiap komponen perawatan bayi baru
lahir yang sangat rentan terhadap infeksi karena system imunitasnya yang masih
belum sempurna.
b)
Kewaspadaan
Pencegahan Infeksi
Sebaiknya Ibu atau
siapapun yang kontak dengan bayi harus memiliki kewaspadaan akan terjadinya
penularan infeksi. Kewaspadaan tersebut dapat dibangun melalui hal-hal berikut
:
(1)
Anggaplah
setiap orang yang kontak dengan bayi berpotensi menularkan infeksi.
(2)
Cuci
tangan atau gunakan cairan cuci tangan dengan basis alcohol sebelum dan sesudah
merawat bayi.
(3)
Gunakan
sarung tangan bila melakukan tindakan.
(4)
Gunakan
pakaian pelindung, seperti
celemek atau gaun lainnya bila diperkirakan akan terjadi kontak dengan darah
dan cairan tubuh lainnya.
(5)
Bersihkan
dan bila perlu lakukan desinfeksi peralatan serta barang yang digunakan sebelum
daur ulang.
(6)
Bersihkan
ruang perawatan pasien secara rutin.
(7)
Letakkan
bayi yang mungkin dapat terkontaminasi lingkungan, misalnya bayi dengan diare
yang terinfeksi di dalam ruangan khusus (Dewi, 2011;h.16-17)
6) Cara Pencegahan Infeksi
Berikut
adalah beberapa cara untuk melakukan pencegahan infeksi:
a)
Cuci
tangan dengan sabun dan air atau gunakan cairan pembersih tangan berbasis
alcohol,pada saat sebelum dan sesudah merawat bayi, sesudah melepas sarung
tangan, dan sesudah memegang instrument atau barang yang kotor.
b)
Beri
petunjuk pada ibu dan anggota keluarga lainnya untuk cuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
c)
Basahi
kedua tangan dengan mencuci tangan selama 10-15 detik dengan sabun dan air
mengalir, dan keringkan dengan handuk.
d)
Membersihkan
tangan dengan cairan alcohol.
e)
Gunakan
alat-alat perlindungan pribadi (Dewi, 2011;h.16-17)
7) Perawatan umum
a)
Gunakan
sarung tangan dan celemek sewaktu memegang BBL, sampai dengan memandikan bayi
minimal 6 jam, tidak perlu memakai masker dalam perawatan BBL.
b)
Bersihkan
darah dan cairan bayi dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat
kemudian keringkan.
c)
Bersihkan
bokong dan sekitar anus bayi setiap selesai mengganti popok atau setiap
diperlukan dengan menggunakan kapas yang direndam air hangat atau air sabun
lalu keringkan dengan hati-hati.
d)
Gunakan
sarung tangan sewaktu merawat tali pusat (Dewi, 2011;h.16-17)
b.
Nasehat
Untuk merawat Tali Pusat
1) Jangan membungkus tali pusat atau
mengoleskan cairan/ bahan apapun ke puntung tali pusat. Nasehatkan hal ini juga
bagi ibu dan keluarganya.
2) Mengoleskan alkohol atau povidon iodin
masih di perkenankan, tetapi tidak dikompraskan karena menyebabkan tali pusat
basah/ lembab.
3) Berikan nasehat pada ibu dan keluarga
sebelum meninggalkan bayi:
a)
Lipat
popok di bawah puntung tali pusat.
b)
Jika
puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan air
bersih.
c)
Jelaskan
pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan ke petugas atau fasilitas kesehatan, jika pusat berdarah, menjadi merah, bernanah
dan/ berbau.
d) Jika pangkal tali pusat (pusat bayi)
terus berdarah, merah meluas atau
mengeluarkan nanah dan atau berbau, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan
untuk bayi baru lahir (Wiknjosastro, 2008;hal.126)
c.
Perdarahan
Tali Pusat
1)
Definisi
Perdarahan
yang terjadi pada tali pusat bisa timbul akibat dari trauma pengikatan tali
pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukan trombus normal. Selain
itu, perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada
bayi.
2)
Konsep
Dasar
Perdarahan
tali pusat dapat didebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar, atau
kegagalan pembentukan thrombus yang normal. Kemungkinan lain sebab perdarahan
adalah penyakit perdarahan pada neonatus dan infeksi local maupun sistemik. Tali
pusat harus diawasi terus-menerus pada hari- hari pertama agar perdarahan yang
terjadi dapat tanggulangi secepat nya.
3)
Etiologi
Perdarahan
tali pusat dapat terjadi karena robekan umbilikus, robekan pembulu darah, serta
plasenta previa, dan abrubsio plasenta.
a)
Robekan
umbilikus normal, yang biasanya terjadi karena:
(1) Partus presipitatus.
(2) Adanya trauma atau lilitan tali pusat
(3) Umbilikus pendek, sehingga menyebabkan
terjadinya tarikan yang yang berlebihan pada saat persalinan.
(4) Kelainan penolong persalinan yang dapat
menyebabkan tersayatnya dinding umbilikus atau plasenta sewaktu SC.
b)
Robekan
umbilikus abnormal, biasanya terjadi karena:
(1) Adanya hematoma pada umbilikus yang kemudian
hematoma tersebut pecah, namun perdarahan yang terjadi masuk kembali kedalam
plasenta. Hal ini sangat berbahaya bagi bayi karena dapat menimbulkan kematian
pada bayi.
(2) Varises juga dapat menyebabkan perdarahan
ketika varises tersebut pecah.
(3) Aneruisma pembuluh darah setempat saja karena
salah dalam proses perkembangan atau tejadi perkembangan atau terjadi
kemunduran dinding pembulu darah. Pada aneurisma, pembulu darah rapuh dan mudah
pecah.
(4) Penatalaksanaan
(a) Pada perdarahan umbilicus akibat ikatan yang
longgar, dapat di kencangkan kembali pengikat tali pusat. Perdarahan juga di
sebabkan oleh jepitan atau tarikan dari klem. Jika perdarahan tidak betrhenti
setelah 15-20 menit maka tali pusatnya harus segera dilakukan beberapa jahitan
pada luka bekas pemotongan tersebut.
(b) Perdarahan unbilikus akibat robekan umbilicus
harus segera di jahit. Kemudian segera
lakukan rujukan untuk mengetahui apakah ada kelainan lain seperti kelainan
anatomic pembuluh darah sehingga dapat segera bilakukan tindakan oleh
dokteratau rumah sakit.
(c) Perdarahan pada abrubsio plasenta, plasenta
previa dan kelainan lainnya, bidan harus segera merujuk. Bahkan rujukan lebih
baik segera dilakukan jika kelainan tersebut sudah diketahui sebelum bayi lahir sehingga dapat dilakukan tindakan
sesegera mungkin untuk membuat peluang bayi lahir hidup lebih besar (Rukiyah,2010;h.276)
.
B.
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1.
Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah
suatu metode berfikir dan bertindak sistematis dan logis dalam member asuhan
kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klient maupun pemberi
asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses
pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan,
dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
terhadap klient.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari
konsep yang di kembagkan oleh Helen Varney dalam buku Varney`s Midwivery, edisi
ke tiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang
terdiri dari tuju langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
(Soepardan, 2008; h.96)
Varne menjelaskan bahwa proses
pemecahan masalah yang di temukan oleh perawat dan bidan pada tahun 1970-an.
Proses ini memperkenalkan sebuah metode pengorganisasian pemikiran dan tindakan
dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi kliien maupun bagi tenaga
kesehatan. Proses manajemen kebidanan ini terdiri dari 7 langkah yang berurutan
, dan setiap langkah disempurnakan secara berkala. Proses dimulai dari
pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ke 7 langkah tersebut
membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi apapun.
Akan tetapi setiap lankah dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang
lebih detail dan ini biasa berubah sesuai dengan kebutuhan klien (Saminem, 2010;h.39)
2.
Langkah dalam manajemen kebidanan
menurut Varney
Manajemen Asuhan Kebidanan menurut Varney terdiri dari 7
langkah, yaitu :
1.
Pengumpulan
Data
Pada langkah pertama ini dilakukan
pengkajian dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan bayi baru lahir.
a.
Pengkajian
Pada
langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan berbagai sumber
yang berkaitan dengan kondisi klien. Pengumpulan data dilakukan melalui
anamnesa. Anamnesa adalah pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang
pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan. Anamnesa dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu sebagai berikut:
a)
Auto anamnesa adalah anamnesis yang dilakukan kepada
pasien langsung. Jadi data yang diperoleh adalah data primer, karena langsung
dari sumbernya.
b)
Allo anamnesa adalah anamnesis yang dilakukan pada
keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien. Ini dilakukan pada
keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan lagi untuk memberikan data
yang akurat. (Sulistyawati, 2012; h.184)
Berikut adalah
data yang dapat dikaji dan dilakukannya anamnesa pada identitas penanggung
jawab:
1.
Nama selain sebagai identitas, upayakan
agar bidan memanggil dengan nama panggilan sehingga hubungan komunikasi antara
bidan dan pasien menjadi lebih baik dan akrab. (Sulistyawati, 2012; h. 184)
2.
Umur
Umur pasien seharusnya didapatkan dari
anamnesa dan dicatat untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental fisiknya belum siap dan
termasuk dalam menunda dan usia 20-35 tahun adalah masa reproduktif, sedankan
umur lebih dari 35 adalah termasuk fase mengentikan dan dapat juga terjadi
faktor resiko. (Sulistyawati, 2010; h. 220)
3.
Agama
Sebagai dasar bidan untuk memberikan
dukungan dan spiritual terhadap pasien dan keluarga. (Sulistyawati,
2010; h. 221)
4. Suku / bangsa
Dalam mengkaji suku ini berpengaruh
pada adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari. (Sulistyawati, 2010; h. 221)
5.
Setatus pendidikan
Pendidikan sangat penting untuk dikaji
karena berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana
tingkant intelektual seingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya. (Sulistyawati, 2010; h. 221)
Status pendiddikan
seseorang akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Banyak
peneliti yang menyatakan bahwa penggunaan layanan kesehatan meningkat seiring
dengan peningkatan jenjang pendidikan peningkatan kesehatan juga meningkatkan
pengetahuan dan kepedulian serta akses terhadap informasi yang berkaitan dengankesehatan.(http:repository.usu.ac.id)
Berdasarkan
sekolah jenjang rendah/dasar yaitu SD dan SMP sederajat,sedang atau menengah
yaitu SMA se derajat dan tinggiu perguruan tinggi.(hptt://nenkiuedubio.blogspot.com)
6.
Pekerjaan pasien
Gunanya untuk mengetahui tingkat sosial
ekonominya karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut (Sulistyawati,
2010; h. 221)
7.
Alamat
Selain sebagai data mengenai distribusi
lokasi pasien data ini juga memberi gambaran mengkaji jarak dan waktu yang
ditempuh pasien menuju lokasi playanan kesehatan. (Sulistyawati,
2010; h. 221)
b.
Pengkajian Data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data
yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
a)
Pengkajian Segera Setelah Lahir
Pengkajian
ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam
uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan menilai APGAR, meliputi
appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (reflek atau
rangsangan terhadap rangsangan), activity (tonus otot) dan respiratory (usaha
bernapas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar
di vulva (crowning).
b)
Pengkajian Keadaan Fisik
Setelah
pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal
atau mengalami penyimpangan (Muslihatun,
2010; h. 251)
Data Subyektif bayi baru lahir yang
penting dan harus dikaji, adalah:
1.
Faktor genetik, meliputi kelainan/ganguan metabolik
pada keluarga dan sindrom genetic.
2.
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus.
3.
Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya
riwayat perdarahan, preeklamsi, infeksi, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur meconium, amnionitis, ketuban
pecah dini, perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi,
asidosis janin, jenin persalinan.
Data
Objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain:
a)
Pemeriksaan Fisik
Dalam
waktu 24 jam bila bayi tidak mengalami
masalah apa pun, lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap
1) Pemeriksaan Umum
a. Pernafasan.
Pernafasan BBL
normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada
fase ekspirasi.
b. Warna kulit
Bayi baru aterm kelihatan pucat dibanding
bayi preterm karena kulit lebih tebal.
c. Denyut jantung
Denyut jantun BBL normal antara 100-160
kali per menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali per menit
dalam jangka waktu pendek.
d. Suhu
Suhu normalnya sekitar 36,5°C sampai
37,5°C.
e. Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan istirahat
adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi fleksi.
f. Tonus otot / tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel.
Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur.
g. Ekstermitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila
ekstermitas disentuh, dan pembengkakan.
h. Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir / tanda mongol. Selama bayi
dianggap normal. Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari
pertama atau selanjutnya. Kulit tubuh, punggung dan abdomen yang terkelupas
pada hari pertama masih dianggap normal.
i. Talipusat
normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengkerut / mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10
hari.
j. Berat badan, normal 2500-4000 garam.
(Muslihatun,2010;h.31-32)
b)
Pemeriksaan
Fisik (Head to Toe)
a. Kepala
Bentuk kepala di hari pertama tidak benar-benar bulat akibat posisi dalam
rahim ataupun proses persalinan yang di alami, tapi akan kembali ke bentuk
normal dalam seminggu pertama. (Muslihatun,2010;h,36)
b. Mata
Tujuan mengkaji
mata untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata. Dalam setiap pengkajian selalu
dibandingkan antara mata kanan dan mata kiri, pada tehnik inspeksi yang dikaji
adalah konjungtiva pucat atau tidak, mata odem atau tidak, strabismus atau
tidak, dan adanya perdarahan subkonjungtiva atau tidak. (Tambunan, 2011; h.73)
c. Telingga
Pengkajian
telinga secara umum bertujunan untuk mengetahui ada tidaknya jumlah ,bentuk,
kesimetrisan letak dihubungkan dengan
mata dan kepala serta adanya gangguan
pendengaran (Muslihatun, 2010;h.
31)
d. Hidung
Hidung
dikaji untuk mengetahui bentuk, pola pernapasan dan kebersihan.(Muslihatun,
2010; h.31)
e. Mulut
Tujuan
mengkaji mata mulut untuk mengetahui bentuk dan ada tidaknya kelainan yaitu
bentuk simetris/tidak, bibir tidak pucat dan kering, tidak ada labio palato
schizis, tidak ada labio schizis. (Muslihatun, 2010; h. 32)
f.
Leher
Tujuan mengkaji
leher adalah Tidak ada pembesaran kelenjar untuk menetahui bentuk leher serta
organ-organ penting yang berkaitan pengkajian inspeksi untuk melihat kelainan
kulit apakah pucat, sianosis, ataukah ikterus dan tidak adanya pembengkakan,
pemeriksaan palpasi dilakukan untuk melihat adanya pembesaran kelenjar tyroid,
dan tidak ada bendungan vena jugularis.
(Tambunan, 2011; h. 83)
g.
Klavikula
dan lengan tangan
Tujuan
mengkaji klavikula dan lengan tangan adalah untuk memastikan adakah faraktur
klavikula, gerakan bayi aktif atau tidak, dan ada tidaknya kelainan jumlah
jari. (Muslihatun, 2010; h. 32)
h.
Dada
Dada
dikaji untuk mengetahui ada tidaknya kelainan bentuk, puting susu, gngguan pernapasan,
bunyi jantung. (Muslihatun, 2010;
h. 33)
i.
Abdomen
Dalam
melakukan pengkajian abdomen pastikan turgor kulit baik, tidak ada perdarahan
tali pusat, tali pusat masih basah, tidak ada benjolan. (Muslihatun, 2010; h. 33)
j.
Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis testis sudah turun
berada dalam skrotum ,orifisium uretra di ujung penis, kelainan (fimosis
hipospadia/epispadia)
Kelamin perempuan: labia mayora dan minora,
klitoris, orifisium vagina, orifisium uretra,
secret dan lain-lain.
(Muslihatun, 2010; h. 34)
k.
Tungkai dan
kaki
Pengkajian pada Tungkai dan kaki bertujuan untuk memastikan gerakan gerakan bayi aktif, bentuk
simetris, jumlah jari-jari, lengkap. (Muslihatun, 2010; h. 34)
l. Anus
Pengkajian
pada anus bertujuan untuk memastikan anus berlubang, adanya atresiaani, dan
mekonium. (Muslihatun, 2010;
h. 34)
m. Punggung
Pada pengkajian punggung dan pinggang biasanya
dilihat bentuk dari punggung adanya lordosis atau tidak, adanya pembengkakan
atau tidak. (Muslihatun, 2010; h.
34)
n.
Neuro
a)
Reflex moro
Reflek
dimana bayi akan mengembangkan tangan lebar-lebar dan melebarkan jari-jari,
lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
b)
Reflex
rooting.
Reflek
ini timbul karena rangsang taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar
kepala seolah mencari putting susu.
c)
Reflex sucking
Reflek
ini timbul bersama reflex rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.
d) Reflex graps
Reflek
yang timbul jika ibu jari di letakkan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan
menutup telapak tangan nya. Respon yang sama dapat di peroleh ketika telapak
kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk.
e) Reflex babinsky
Reflex
ini akan muncul bila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari lain nya membuka. Reflex ini
bias nya menghilang setelah 1 tahun.(Rohani, dkk. 2011; h.251-252)
o.
Antopometri
Bertujuan untuk melihat apakah bayi dalam keadaan
normal dengan mengkaji BB, PB, LK, LD, LILA.
(Muslihatun, 2010; h.34)
p)
Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari enam kali
perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair enam sampai delapan kali
perhari. Dicurigaim diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada bayi baru lahir dapat
terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap
normal.
(Muslihatun, 2010;
h.34)
2. Interpretasi
Data
Langkah ini dilakukan dengan mengindentifikasi terhadap diagnosis,
masalah, dan kebutuhan pasien berdasarkan interpresentasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Langkah awal dari perumusan diagnosis atau
masalah adalah pengolahan data dan analisis dengan menggabungkan data satu
dengan lainya sehingga tergambar fakta. (Sulistyawati, 2012;h.184)
Pada tahap ini bidan
mengidentifikasi diagnosis atau masalah
dan kebutuhan klien secara tepat berdasarkan interprestasi data yang
akurat, data dasar yang sudah dikumpulkan kemudian diinterpresentasikan
sehingga ditemukan dignosis masalah yang spesifik. Kata-kata masalah dan
diagnostik sama-sama dibutuhkan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan layaknya diagnostik tetapi membutuhkan penanganan yang tertuang
dalam rencana asuhan kepada klien. (Saminem. 2010; h. 40)
Contoh:
Diagnosis
a.
Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan
b.
Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan
Masalah
1.
Ibu kurang informasi
2. Adanya infeksi
Kebutuhan
3.
Perawatan rutin bayi baru lahir.
(Muslihatun, 2010; h. 255)
3. Identifikasi
Diagnosa dan Masalah Potensial
Langkah ke-3 ini Bidan mengidentifikasi
masalah potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang mungkin akan terjadi
berdasarkan diagnosa masalah yang sudah teridentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Masalah yang
sering timbul pada bayi baru lahir :
a. Hipotermi potensial terjadi ganguan
pernapasan
b. Hipotermi ini
karena menyempitnya pembuluh darah dan yang dapat mengakibatkan terjadinya metabolik,
meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Hipoglikemi ini karena kenaikan kadar bilirubin.
d.
Infeksi
karena tetanus neonatorum yang disebabkan karena clostridium
tetani.(Muslihatun,
2010;h.255)
4. Menetapkan
Kebutuhan terhadap Tindakan Segera atau Masalah Potensial
Pada
langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosis yang sudah
diidentifikasi sebelumnya, sehingga dapat diambil keputusan ada tidaknya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan/atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah bayi
tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi.(Muslihatun,
2010;h. 255)
5. Menyusun
Rencana Asuhan yang Menyeluruh
Pada
langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada angkah
kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. Realisasi dari perencanaan dapat
dilakukan oleh bidan, pasien, atau anggota keluarga yang lain. Berikut ini
beberapa contoh paksanaan dari prencanaan asuhan berdasarkan peran bidan dalam
tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan pengawasan.(Sulistyawati, 2012;h.184)
Rencana asuhan pada bayi baru lahir:
1)
Pertahankan
suhu tubuh bayi agar tetap hangat
2)
Berikan
pada bayi perawatan mata 1 jam pertama setelah lahir
3)
Berikan
identitas pada bayi
4)
Berikan
suntikan vit k
5)
Berikan
konseling tentang menjaga kehangatan bayi
6)
Anjurkan
ibu untuk memberikan ASI pada bayinya
7)
Berikan
konseling pada ibu perawatan tali pusat
8)
Beritahu
tanda-tanda bahaya pada bayi
(
Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
Setelah
beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara menyeluruh
terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan secara menyeluruh
juga dilakukan
identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara
menyeluruh dapat berhasil.
Perencanaan
pada perawatan tali pusat adalah sebagai berikut :
1) Cuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat.
2) Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali
pusat dengan kapas bersih
3) Bungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat
dengan kasa bersih atau steril
4) Pastikan
popok atau celana bayi harus di ikat di bawah tali pusat,tidak menutupi tali pusat untuk menghindari
kontak dengan feses dan urin.
5) Hindari penggunaan kancing, koin atau uang
logam untuk membuat trekan tali pusat.
(Prawirohardjo,
2010;h.372-373)
6. Implementasi
Tahap
ini merupakan
tahap mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman.
(Muslihatun,
2010: 256)
1)
Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat,
dengan cara memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi
dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan selimut
yang kering dan bersih. (
Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
2)
Memberikan obat mata eritromisin 0,5 %
atau tetrasiklin 1% di anjurkan untuk mencegah penyakit mata karena
clamidia.obat mata perlu di berikan pada jam pertama setelah persalinan. (Rukiyah
dkk,2010;h.64-65)
3)
Memberikan identitas bayi
Alat
pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera setelah
lahir. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
4)
Memberikan suntikan vit K untuk mencegah
perdarahan, dengan dosis 0,1 mg IM. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
5)
Memberitahu ibu konseling tentang
menjaga kehangatan bayi agar bayi tidak kehilangan panas. (Rukiyah dkk,2010;h.64-65)
6)
Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
pada bayinya agar adanya keterikatan emosional ibu dan bayi, sebagai kekebalan
pasif (kolostrum) untuk bayi dan meransang kontraksi uterus. (Rukiyah
dkk,2010;h.64-65)
7)
Memberitahu ibu tentang perawatan tali
pusat yaitu sisa tali pusat harus di pertahankan dalam keadaan terbuka dandi
tutupi kain bersih secara longgar , pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di
bawah tali pusat,jika tali pusat terkena kotoran /feses, maka tali pusat harus
dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian di keringkan.
(Muslihatun,2010;h.45)
Tahap
ini merupakan tahap
pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun
diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
Pada
tahap ini bidan melaksanakan perencanaan yang telah dibuat, antara lain :
1) Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
sebelum merawat tali pusat.
2) Membersihkan dengan lembut kulit disekitar
tali pusat dengan kapas bersih
3) Membungkus dengan longgar/tidak terlalu rapat
dengan kasa bersih atau steril.
4) Memastikan
popok atau celana bayi harus di ikat di bawah tali pusat, tidak menutupi
tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses
dan urin.
5) Menghindari penggunaan kancing, koin atau
uang logam untuk membuat trekan tali pusat
7. Evaluasi
Merupakan tahap
terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
asuhan yang kita berikan kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa
pertimbangan berikut ini:
1)
Tinjauan asuhan kebidanan
Meningkatkan,
mempertahankan, dan mengembaikan kesehatan
2) Evektifitas
tindakan untuk mengatasi masalah
Dalam
meakukan evaluasi sebeberapa evektif tindakan dan asuhan yang kita berikan
kepada pasien. Hasil pengkajian ini kita jadikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan asuhan berikutnya.
3) Hasil
asuhan
Hasil asuhan adalah
bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga yang meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan
pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri.
(Sulistyawati, 2012;h.186)
Evaluasi asuhan pada bayi baru lahir:
a)
Suhu tubuh bayi tetap terjaga dengan
baik
b)
Perawatan mata dengan memberikan salep
mata pada bayi
c)
Identitas bayi telah di berikan
d) Pemberian
vit K pada bayi telah di berikan
e)
Koseling tentang menjaga kehangatan bayi
telah di berikan pada ibu dan ibu mengerti
f)
Ibu bersedia memberikan ASI pada bayinya
g)
Ibu mengerti tentang perawatan tali pusat
pada bayinya
h)
Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya
pada bayi
Menurut
teori tali pusat akan normal
berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut /
mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari.(Muslihatun,2010;hal.32)
C.
LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1.
Fasilitasi/bimbingan
inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
a.
Pemberian
uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum
b.
Penyuluhan
dan konseling
c.
Bimbingan
pada kelompok ibu hamil
d.
Pemberian
surat keterangan kematian
e.
Pemberian
surat keterangan cuti bersalin
2.
Pelayanan
kesehatan anak
a. Ruang lingkup:
1)
Pelayanan
bayi baru lahir
2)
Pelayanan
bayi
3)
Pelayanan
anak balita
4)
Pelayanan
anak pra sekolah
b. Kewenangan:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir
normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD),
injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari),
dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru
lahir dan segera merujuk
c) Penanganan kegawat daruratan,
dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai
program Pemerintah
e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak
balita dan anak pra sekolah
f) Pemberian konseling dan penyuluhan
g) Pemberian surat keterangan kelahiran
h) Pemberian surat keterangan kematian
盾讶盾讶 - 盾讶盾讶, 砑法筐 拯利楽槎 硺 娹店利讶
BalasHapus【設盾讶盾讶, nipple piercing jewelry titanium 】KIẾM TIỀN ceramic vs titanium curling iron GO【VIP】SUGAR THẠI THạI NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN titanium joes GO【WG98.vip】SUGAR babyliss pro nano titanium THẠI NGÀY TIỀN titanium density NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN NGÀY TIỀN NGÀ